Hikman Sirait, M.Th.

Semua orang di dunia ini pasti ingin meraih kebahagiaan. Banyak langkah-langkah yang dilakukan orang untuk meraih dan menemukan kebahagiaan. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan bekerja terus-menerus sampai lupa waktu. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan mendatangi klub-klub malam. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan menyalahgunakan obat-obat terlarang. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan berlibur ke tempat-tempat yang eksotis. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan tinggal di rumah mewah. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan membeli dan memiliki barang mewah. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan mengikuti kegiatan hura-hura, dan lain sebagainya.

Apa yang dilakukan orang-orang termasuk orang Kristen untuk mencari dan menemukan kebahagiaan dengan mengikuti kebiasaan duniawi ternyata sia-sia. Mereka tidak menemukan kebahagiaan. Jikapun mereka menemukan dan merasakan kebahagiaan, maka yang mereka temukan dan rasakan adalah kebahagiaan semu, kebahagiaan sesaat, bukan kebahagiaan yang sejati. Artinya kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan.  

Benarkah kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan?

Bagi orang dunia dan orang Kristen yang hidup dengan cara dunia memang kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan dan sangat mahal. Namun bagi orang Kristen yang mengerti dan hidup di dalam kebenaran firman Tuhan jelas sekali kebahagiaan itu sangat mudah ditemukan. Pemazmur secara tegas menyatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mzm. 1:1-2).

Perhatikan dan telitilah teks dengan baik. Pada ayat pertama dikatakan,

Berbahagialah,
orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.

Bentuk puisi di atas adalah paralelisme sinonimi yang berarti baris pertama, baris kedua, dan baris ketiga memiliki makna yang sama. Dapat disimpulkan bahwa orang yang berbahagia menurut pemazmur adalah orang yang tidak melakukan kejahatan dan dosa. Dengan kata lain bahwa orang yang berbahagia menurut pemazmur adalah orang yang hidup dalam kebenaran.

Pada ayat kedua dikatakan,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN,
dan yang melakukan Taurat itu siang dan malam.

Bentuk puisi di atas adalah paralelisme sintesis yang berarti baris kedua menambah ide atau memperkuat ide baris pertama. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa orang yang berbahagia menurut pemazmur adalah orang yang hidup menurut hukum-hukum Tuhan. Jadi ayat pertama dan ayat kedua mengandung makna yang sejajar.

Untuk lebih mengetahui makna yang lebih mendalam lagi, maka akan dikaji beberapa kata yang penting di dalam teks ayat kedua.

Kata bahasa Ibrani dari “kesukaan” adalah khêphets yang berarti kesukaan dengan implikasi menginginkan karena berharga atau sangat berharga. Ini dapat digambarkan seperti anak kecil yang mendapatkan barang yang dia sukai lalu barang itu dia peluk dan tidak mau dilepaskan dan tidak mau diberikan kepada orang lain karena anak tersebut menilai barang tersebut sangat berharga bagi dirinya lebih dari apapun. Demikianlah firman TUHAN. Firman TUHAN itu lebih berharga dari apapun di muka bumi ini. Pemazmur melantunkan, “Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak” (119:72).

Sementara kata bahasa Ibrani dari “merenungkan” adalah hâgâh yang mengandung implikasi melakukan. Firman TUHAN bukan hanya sekedar direnungkan lalu lenyap tidak berbekas dari hidup orang Kristen. Namun firman TUHAN yang sudah melalui proses perenungan kemudian menyatu dalam hati dan daging untuk seterusnya diimplementasikan di dalam kehidupan orang Kristen. Bukti iman percaya dan kasih orang Kristen kepada Allah adalah dengan melakukan firman-firman-Nya. Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14:15).

Pemazmur dengan sangat jelas menyampaikan kepada para pembaca khususnya orang Kristen bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang hidup di dalam kebenaran firman Tuhan, orang yang berbahagia adalah orang yang melakukan firman Tuhan. Intisarinya, kebahagiaan itu bisa ditemukan dan dirasakan dan dialami hanya di dalam Tuhan. Jika Tuhan ada di dalam mu dan kamu ada di dalam Tuhan, maka ke manapun kamu berada di situ Dia ada. Artinya di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun, Tuhan tetap ada di dalammu. Karena Tuhan adalah sumber kebahagiaan, maka di manapun, kapapun, dan dalam situasi apapun kamu akan bahagia.

Saudara ingin berbahagia? Solusi satu-satunya adalah “Hiduplah di dalam Tuhan Yesus Kristus, dan lakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus Kristus.”