Daniel Winardi, S.Sn., M.Pd
Di dalam bukunya The Logic of God, Ravi Zacharias menceritakan dirinya pernah mendapatkan surat dari seseorang yang berisi pertanyaan yang sangat susah dijawab. Pertanyaannya adalah seperti ini dalam bahasa Inggris “Why has God made it so difficult to see His presence and His plan?”
Ia bertanya mengapa Tuhan membuat diri-Nya sendiri begitu sulit diketahui dan dikenali, mengapa tidak langsung tunjukkan wujud-Nya, kekuatan atau mujizat-Nya secara umum, supaya orang banyak langsung dapat percaya? Pertanyaan yang cukup bagus bukan? Ketika kecil saya juga pernah terpikir pertanyaan seperti itu. Saya akan menjawabnya dalam beberapa poin yang berbeda dengan jawaban singkat yang diberikan oleh Ravi dalam bukunya tersebut, sehingga paling tidak kita semua lebih siap jika ditanya demikian. Let’s check it out!
He did! Dia sudah melakukannya 2000 tahun yang lalu. Bukan saja menunjukkan diri-Nya, tetapi menjadi sama seperti kita manusia, yaitu melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Ia adalah Firman yang keluar dari Allah sendiri (Logos), yang mengosongkan diri menjadi manusia (Yoh. 1:1-2, 14). Yesus Kristus adalah 100% Allah dan 100% manusia. Biasanya orang Kristen diserang oleh ajaran lain yang mengatakan “mana bisa Allah jadi manusia” atau “itu namanya kontradiksi”. Memang benar, sekilas tampaknya aneh bahwa Allah menjadi manusia dan di dalam diri seorang Yesus terdapat 2 natur secara bersamaan, yaitu Allah dan manusia. Akan tetapi, mengapa tidak bisa? Adakah Allah terbatas? Allah bebas memakai apa saja untuk menunjukkan diri-Nya kepada manusia dan tidak ada yang berkontradiksi ketika Allah mengosongkan diri dan menggunakan natur manusia untuk menjadi manusia. Perdebatan Teologis mengenai kemanusiaan dan ke-Allah-an Kristus ini telah terjadi berabad-abad sejak Kekristenan abad mula-mula. Di sini tidak akan saya bahas soal itu, mungkin di tulisan-tulisan berikutnya.
Kisah Yesus bukanlah dongeng belaka, tetapi benar-benar terjadi di dalam sejarah. Tahu dari mana? Kita dapat mengetahuinya dari tulisan-tulisan para sejarawan yang hidup tidak jauh dari zaman Yesus dan para murid hidup. Contoh yang dapat kita telusuri adalah tulisan dari: 1) Flavius Josephus (37-100 M): di dalam Antiquities of the Jews Josephus mengatakan bahwa Yesus adalah orang bijak dan dihukum mati pada masa Pilatus dan bangkit; 2) Thallus (5-60 M) Dikutip oleh Sextus Julius pada tahun 221 M, bahwa Thallus mengatakan pernah terjadi kegelapan dan gempa bumi. Ini mungkin sekali adalah kejadian yang sama ketika Yesus mati di salib; 3) Tacitus (56-120 M) di dalam Annals 15:44, mengatakan bahwa Yesus mengalami penderitaan di tangan Pontius Pilatus. Dan masih banyak tulisan-tulisan sejarah yang meneguhkan historisitas Yesus Kristus di dalam dunia. Yang perlu anda ketahui, bahwa mereka bukanlah orang-orang Kristen, tetapi Yahudi, yang notabene adalah musuh dari Kekristenan! Dia sudah pernah hadir menunjukkan kuasa dan kemuliaan-Nya dan Ia akan datang lagi yang kedua kalinya sebagai Raja dan hakim atas dunia ini!
Kita akan mati jika Ia menunjukkan diri-Nya secara terang-terangan. Ia sendiri yang mengatakan bahwa setiap orang yang memandang Allah secara langsung dalam “wujud” kemuliaan-Nya yang asli, sama seperti jika kita memandang orang lain di depan kita, orang itu pasti akan mati (Kel.33:20) atau at least buta seperti Paulus (Kis.9:3-8). Kita adalah makhluk yang berdosa dan terbatas, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk melihat Allah dalam kemuliaan dan kekudusan-Nya secara penuh.
Karya-Nya menceritakan tentang diri-Nya. Pernah bertanya bumi ini ada dari mana? Dari mana gunung-gunung, pepohonan, dan laut yang berada pada tempatnya, serta matahari yang selalu tidak pernah terlambat terbit dan terbenam? Bayangkan kalau matahari lupa terbit besok pagi! Bisakah matahari lupa? Tidak, karena Allah yang mengontrolnya. Mungkinkah alam semesta yang begitu indah dan teratur ini ada dengan sendirinya? Orang ateis dan naturalis (orang yang percaya bahwa alam semesta ini berjalan hanya sesuai dengan science atau hukum alam natural tanpa ada campur tangan dari yang lain, seperti yang kita sebut “Tuhan”) akan mengatakan bahwa alam semesta ini abadi atau terciptanya melalui big bang, yaitu ledakan besar yang menjadikan bumi dan sekitarnya terjadi. Sekarang pertanyaannya “siapa yang meledakannya atau bagaimana sampai bisa meledak?” mereka akan menjawab “ya meledak sendiri aja”. Betapa tidak konsisten! Mereka ingin menjelaskan sesuatu dengan science (proses terjadinya alam semesta) dengan “kebetulan” yang bukan proses science. Mungkinkah sebuah buku yang kalian sedang baca adalah hasil ledakan dari pabrik kertas? Adakah lukisan bagus, terbentuk karena pabrik cat meledak atau anak kecil menumpahkan cat ke atas kanvas? Ketika melihat alam yang begitu indah dan teratur ini, pasti kita tahu bahwa ada seorang pribadi yang begitu hebat menciptakannya. Prinsipnya adalah “ketidakteraturan tidak mungkin menciptakan keteraturan”. Jadi, pasti ada seseorang yang begitu teratur menciptakan sesuatu sehingga sesuatu itu bisa terlihat indah dan teratur, ya kan? Matahari, laut, tanah, gunung, lava gunung, awan, hujan, petir tidak mungkin tercipta sendiri secara kebetulan, pasti pribadi yang sangat besar dan hebat membuat mereka semua! Jadi lewat alam semesta ini kita dapat juga mengetahui bahwa Allah ada (Rm.1:20). Pernahkah anda mengagumi Allah ketika melihat alam yang indah ini?
Asumsi yang salah. Kita berpikir dan berasumsi bahwa kalau Tuhan menunjukkan diri-Nya secara jelas, maka orang-orang pasti akan percaya dan bertobat, serta menyerahkan hidupnya menjadi Kristen sejati. Itu adalah asumsi yang tidak terbukti benar atau paling tidak, tidak selalu benar. Alkitab telah menceritakan berbagai peristiwa di mana Allah menunjukkan diri-Nya dengan begitu hebat, tetapi orang-orang tetap tidak percaya. Tidak ada yang lebih hebat ketidakpercayaannya di sepanjang sejarah atas pertunjukan kuasa Allah lebih dari orang-orang Israel. Di dalam kisah kitab Keluaran, bangsa Israel dikeluarkan dari Mesir dengan 10 tulah yang luar biasa. Percaya gak percaya, baru sebentar mereka berhasil keluar dari Mesir dan berada di depan laut Teberau, mereka sudah mengomel dan berkata “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?” (Kel.14:11). Coba bayangkan, kurang hebat apa tangan Tuhan yang buat 10 tulah itu? Dan setelah mereka lihat laut terbelah, gak lama kemudian mereka udah gak percaya lagi sama Tuhan soal manna dan air di Masa & Meriba (Kel.16-17). Pada akhirnya, karena ketidakpercayaan mereka, generasi pertama di padang gurun tersebut tidak memasuki tanah Kanaan. Di Perjanjian Baru juga banyak sekali kisah ketidakpercayaan Israel, terutama para pemimpin Yahudi, mengenai kuasa mujizat yang Yesus lakukan. Kurang hebat apa orang mati bisa dibangkitkan kembali? Tapi sebagian besar dari mereka tetap tidak percaya. See? Masih percaya bahwa kalau Tuhan menunjukkan diri-Nya, orang-orang pasti percaya dan bertobat? Mari kita percaya kepada Allah bukan karena melihat saja, tetapi dengan iman. Pertanyaan-pertanyaan sulit di dunia ini nyatanya tidak cukup dipuaskan hanya dengan jawaban yang logis dari pemikiran dan ilmu pengetahuan, tetapi juga oleh iman. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh.20:29).
Note: Daniel Winardi, S.Sn., M.Pd., Dosen Tetap di STT Bethel The Way Jakarta