Hikman Sirait, M.Th.
Artikel sebelumnya memuat tentang inferiority complex, yakni perasaan menganggap lebih rendah dari orang lain, atau perasaan menganggap diri sendiri tidak berharga dan tidak berguna. Terminologi inferiority complex dalam bahasa yang lebih merakyat disebut juga dengan minder.
Siapa saja termasuk orang Kristen dapat mengalami minder. Karena minder memang tidak mengenal kasta, kelas dan golongan.
Belajar dari beberapa teks Alkitab, minder pernah dialami beberapa tokoh di antaranya Musa. Ini terlihat ketika TUHAN mengutus Musa untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir (Kel. 3:10), maka Musa dengan berbagai alasan berusaha ‘menolak’ panggilan TUHAN tersebut.
Pertama, Musa merasa dirinya tidak layak jika harus berhadapan dengan Firaun, raja Mesir, penguasa negara adidaya pada zaman itu (Kel. 3:11). Kedua, Musa merasa dirinya tidak akan diterima oleh orang Israel sebagai pemimpin (Kel. 3:13). Ketiga, Musa merasa dirinya tidak akan diterima oleh orang Israel sebagai utusan TUHAN (Kel. 4:1). Keempat, Musa merasa dirinya tidak memiliki kemampuan dan kapasitas yang dapat diandalkan (Kel. 4:10). Dan kelima, Musa merasa dirinya benar-benar tidak layak menjadi utusan TUHAN (Kel. 4:13).
Musa dengan berbagai alasan berusaha menolak panggilan Tuhan untuk menjadi utusan yang akan membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Musa merasa dirinya memiliki banyak kekurangan sehingga tidak pantas menjadi utusan TUHAN.
TUHAN tentu tahu bahwa Musa memiliki kekurangan karena TUHAN adalah Yang Mahatahu dan TUHAN saja yang Mahasempurna. Tapi perhatikan baik, TUHAN tidak pernah fokus pada kekurangan yang ada pada diri Musa walau Musa fokus pada kekurangan dirinya sendiri. Demikian dengan saudara, Tuhan tidak pernah fokus pada kekurangan dan kelemahan saudara walau saudara seringkali fokus pada kekurangan dan kelemahan diri sendiri.
TUHAN tahu bahwa Musa memiliki potensi besar untuk menjadi nabi yang akan membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir walau Musa sendiri tidak menyadari potensi yang ada di dalam dirinya sendiri. Demikian dengan saudara, Tuhan tahu bahwa saudara memiliki potensi untuk menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat luas walau saudara seringkali menganggap tidak memiliki potensi apapun.
TUHAN tidak pernah menyerah terhadap Musa walau Musa menyerah terhadap dirinya sendiri. Demikian dengan saudara, TUHAN tidak pernah menyerah terhadap saudara walau saudara seringkali menyerah terhadap diri sendiri.
Berkali-kali Musa memberi alasan untuk menolak panggilan TUHAN tetapi berkali-kali pula TUHAN memanggil Musa. Demikian halnya dengan saudara, TUHAN terus-menerus memanggil saudara agar menjadi ‘alat’ ditangan-Nya.
Berkali-kali TUHAN menghibur, memberi kekuatan, dan memastikan bahwa DIA akan menyertai Musa dengan tujuan memotivasi Musa untuk bangkit dan keluar dari perasaan minder. Demikian halnya dengan saudara, TUHAN berkali-kali memberi saudara penghiburan, kekuatan, dan penyertaan yang sempurna dengan tujuan membangkitkan kepercayaan diri saudara.
TUHAN begitu menghargai Musa walau Musa merasa dirinya tidak berharga. Demikian halnya dengan saudara, TUHAN begitu menghargai saudara walau saudara seringkali merasa tidak berharga.
Siapapun dan di manapun saudara berada, tanggalkan perasaan minder itu, buang perasaan tidak berharga itu, singkirkan perasaan tidak mampu itu, dan hapuskan perasaan tidak layak itu. Ketahuilah bahwa saudara diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26). Itu artinya saudara adalah ciptaan yang unik dan spesial. Saudara berharga di hadapan TUHAN. Kematian Yesus Kristus di kayu salib adalah bukti yang tidak dapat disangkal bahwa saya dan saudara berharga di hadapan TUHAN.
Kita berharga di hadapan TUHAN.
Amin..
Kita berharga di hadapan Tuhan
amin .
amin
terimakasih Tuhan .
Mantap pak sangat memberkati