Serial Memilih Pasangan Hidup
By: Hikman Sirait, M.Th.
Setiap orang memiliki kriteria tersendiri di dalam memilih calon pasangan hidup. Ada yang berdasarkan bentuk tubuh yang proporsional dan aduhai. Ada yang berdasarkan wajah ganteng dan cantik. Ada yang berdasarkan tingkat pendidikan, jabatan dan status sosial. Ada yang berdasarkan profesi dan lain sebagainya.
Berdasarkan survey yang dilakukan sebuah situs kencan OkCupid, 40% wanita Indonesia berusia antara 21-34 tahun memilih calon pasangan hidup berdasarkan jenis musik yang disukai.
Sementara hasil survey lain yang dilakukan seorang peneliti dan berita yang dirilis CNN Indonesia menunjukkan bahwa kriteria laki-laki di dalam memilih pasangan hidup lebih besar berdasarkan daya tarik fisik dan kriteria perempuan di dalam memilih pasangan hidup lebih berdasarkan prospek keuangan yang di dalamnya mencakup pekerjaan.
Berbagai kriteria dan hasil survey yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa setiap orang mempunyi keinginan dan mimpi untuk mendapatkan calon pasangan hidup yang ideal. Apakah salah apabila seseorang memiliki keinganan dan mimpi untuk mendapatkan calon pasangan hidup yang ideal?
Jawabannya tentu saja tidak. Bagaimanapun manusia adalah makhluk yang diberi kehendak bebas (free will) meskipun kehendak bebas yang dimaksud adalah kehendak bebas yang bertanggungjawab dan sesuai koridornya Allah. Sah-sah saja memiliki keinginan dan mimpi mendapatkan calon pasangan hidup yang ideal. Namun ideal bagi manusia belum tentu ideal bagi Tuhan.
Berdasarkan hal itu, perlu bagi siapapun yang masih jomblo maupun jones dan bagi orang tua yang anak-anaknya masih jomblo dan jones untuk memperhatikan pandangan Alkitab tentang memilih pasangan hidup. Dan pada artikel ini teks yang menjadi rujukan adalah Kejadian 6:2, “maka anak-anak Allah melihat bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”
Beberapa pesan yang ingin disampaikan:
Pertama, memilih pasangan hidup tidak berlainan iman. Anak-anak Allah mencari pasangan hidup dengan anak-anak Allah. Anak-anak dunia mencari pasangan hidup dengan anak-anak dunia. Apabila anak-anak Allah mencari pasangan hidup dengan anak-anak dunia, maka bersiaplah salah satu dari mereka meninggalkan statusnya. Apabila keduanya bertahan dengan statusnya, maka bersiaplah menghadapi gesekan demi gesekan sampai akhirnya muncul api besar yang menghanguskan. Mungkin ada anak-anak Allah yang berkata, “Aku akan menjadi terang bagi anak-anak manusia tersebut!”. Namun faktanya, banyak anak-anak manusia yang menjadi “terang” bagi anak-anak Allah. Jika demikian, orang tersebut sudah mempertaruhkan masa depannya.
Kedua, memilih pasangan hidup tidak berdasarkan daya tarik fisik. Penampilan fisik memang perlu bagi sebagian orang tetapi jangan menilai seseorang dari penampilan fisik karena penampilan fisik atau penampilan luar yang memukau dan wah seringkali menipu.
Ketiga, memilih pasangan hidup tidak asal-asalan apalagi karena faktor kefefet sehingga siapa saja diterima tanpa ada unsur seleksi, Perlu pertimbangan yang panjang dan matang di dalam memilih pasangan hidup apalagi pernikahan di dalam Kekristenan hanya satu kali. Salah memilih berarti masuk dalam penderitaan yang berkepanjangan.
Keempat, memilih pasangan hidup tidak berdasarkan perasaan (emosi) dan keinginan pribadi. Banyak orang Kristen memilih pasangan hidup berdasarkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan, bukan apa yang Allah rasakan dan Allah kehendaki.
Oleh karena itu, seseorang di dalam memilih pasangan hidupnya perlu melibatkan Allah. Mengapa perlu melibatkan Allah?
Karena tidak ada manusia di dunia ini yang dapat melihat dan mengetahui masa depannya. Tidak ada manusia di dunia ini dapat melihat dan mengetahui sesuatu yang tersembunyi dari calon pasangan hidupnya. Tidak ada manusia di dunia ini dapat melihat dan mengetahui secara luas tentang keluarga dari calon pasangan hidupnya.
Manusia penuh dengan keterbatasan. Jadi perlu melibatkan Tuhan, karena Dia Tuhan Yang Mahatahu. Jika seseorang mengaku sebagai anak-anak Allah, sudah seharusnya sebagai anak melibatkan Allah di dalam memilih pasangan hidupnya. Jika mengaku anak-anak Allah tetapi tidak melibatkan Allah di dalam memilih pasangan hidupnya, maka statusnya sebagai anak-anak Allah patut dipertanyakan.
yes , om