Hikman Sirait, M.Th.

Selalu ada orang yang memberi alasan untuk tidak memberikan persembahan kepada Tuhan dan untuk tidak membantu orang-orang yang kekurangan. Ada yang mengatakan, ‘Saya masih kekurangan, Tuhan pasti mengerti jika saya tidak memberikan persembahan’ atau ada yang mengatakan, ‘Saat ini saya lagi membutuhkan, Tuhan pasti mengerti jika saya tidak membantu orang yang berkekurangan.’

Kita bisa memberikan seribu satu alasan bahkan termasuk alasan yang paling rohani sekalipun padahal tujuannya sama saja, yakni tidak memberikan persembahan kepada Tuhan dan tidak memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Umumnya alasan-alasan yang diberikan termasuk alasan yang paling rohani sekalipun itu semata-mata untuk kepentingan diri sendiri.

Apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang Kristen sangat kontras dengan apa yang dilakukan seorang janda miskin di dalam Markus 12:41-44 dan Lukas 21:1-4. Status ‘janda’ saja sudah memberikan kepada kita gambaran sebuah kehidupan yang susah dan menderita ditambah lagi dengan kata ‘miskin’ sehingga lengkaplah kesusahan dan penderitaan yang dialami si janda miskin.

Teks jelas menulis bahwa si janda miskin meskipun ia berada di dalam kesusahan dan kemiskinannya namun ia memberikan persembahan dua peser dan uang yang dipersembahkan itu adalah seluruh nafkahnya. Itu kata Tuhan Yesus loh! Artinya si janda miskin memberikan seluruh hidupnya kepada Allah. Karena setelah memberikan seluruh nafkahnya, tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada si janda miskin.

Belajar dari apa yang dipersembahkan janda miskin tersebut, maka tidak ada alasan apapun dan bagi siapapun untuk tidak memberikan persembahan kepada Tuhan. Kemiskinanmu, kebutuhanmu, kekuranganmu dan berbagai alasan apapun tidak boleh menghambat engkau untuk memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan.

Senada dengan itu, tidak ada alasan apapun dan bagi siapapun untuk tidak memberikan bantuan kepada orang-orang yang berkekurangan sekalipun kondisi perekonomian global tengah mengalami resesi, sekalipun kita sendiri mengalami kesusahan dan membutuhkan apa yang kita miliki.

Bukankah orang-orang yang memberikan persembahan yang terbaik dari kekurangannya dan dari apa yang ia miliki adalah orang-orang yang memiliki iman yang teguh? Bukankah orang yang memberikan persembahan yang terbaik dari kekurangannya dan dari apa yang ia miliki adalah orang-orang yang hidupnya bergantung kepada Allah? Bukankah orang-orang yang memberikan bantuan jauh lebih baik dan jauh lebih terhormat dibandingkan dengan orang yang menerima bantuan? Bukankah orang yang memberikan bantuan menggambarkan bahwa kondisi orang yang membantu masih lebih baik dari orang yang dibantu? Dengan demikian secara tidak langsung itu menjadi doa dan iman kita bahwa dalam situasi apapun keadaan kita lebih baik dari kebanyakan orang. Bukankah orang-orang yang memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan dari kekurangannya dan dari apa yang dimilikinya serta memberikan bantuan kepada orang yang berkurangan menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang memiliki kemurahan hati? Kemurahan hati itu adalah salah satu karakter Ilahi.

Tinggalkan dan buang alasan apapun untuk tidak memberikan persembahan kepada Tuhan dan untuk tidak memberikan bantuan kepada orang-orang yang berkekurangan. Jika si janda miskin saja mampu melakukan itu, masakan kita yang diberkati berlimpah tidak mau melakukan itu! Apa kata dunia!