By: Stepanus Tilaar

Overthinking menurut para ahli adalah adalah seseorang yang berlebihan dalam berpikir. Overthinking juga sering disebut paralysys analysys, dimana orang tersebut terus menerus memikirkan suatu permasalahan tanpa menemukan solusi (jalan buntu). Sehingga overthinking dapat mempengaruhi kesehatan di mana mental emosional terganggu sehingga menyebabkan gangguan tidur, perilaku, emosi, pikiran dan depresi (psychological disorder) serta dalam beberapa kasus ada sampai gangguan mental ataupun sampai bunuh diri

Overthinking sering terjadi pada orang-orang yang mempunyai keinginan yang lebih tinggi tanpa mengukur kemampuan diri sendiri. Seorang karyawan dengan gaji UMR ingin membeli mobil mewah dan rumah mewah serta gadget bermerek. Bukan tidak boleh menginginkan dan membeli barang mewah dan bemerek. Akan tetapi sebelum menginginkan itu ada baiknya lebih dahulu mengukur kemampuan finansial agar di kemudian hari tidak melahirkan persoalan baru.

Ada juga orang yang terus-menerus atau terlalu sering mengkritisi sikap dan perilaku orang lain dan berharap orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diinginkannya.

Sekali lagi, bukan tidak boleh menginginkan sesuatu terjadi sesuai dengan pikirannya akan tetapi lebih baik melakukan sesuatu yang baik dan berguna bagi orang di sekelilingnya dibandingkan menunggu orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan pikiran dan keinginannya seperti tertulis dalam “Roma 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”

(Artikel renungan ini sudah melalui proses editing)