By: Dr. Jacob Messakh

“Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan. (Pkh.12:12)

Salomo dikenal sebagai orang yg berpengetahuan dan berhikmat. Sebelum dan sesudahnya tak ada seorangpun yg seperti dia (1Raja 3:12). Tetapi apa yangg dikatakan dalam kitab Pengkhotbah ini, khususnya pasal 12:12 kelihatannya kontra dengan hal tersebut. Apakah berarti Salomo anti belajar dan kemudian menganggap pengetahuan, hikmat dan segala jerih payah manusia adalah kesia- siaan? (Pkh.12:8).

Kata “belajar” dalam ayat ini dari bahasa Ibrani “lahag”. Dalam terjemahan Alkitab versi Inggris memakai kata “study”. Dalam Alkitab Perjanijan Lama kata “belajar” menggunakan beberapa istilah, tetapi yg paling banyak dipakai adalah “lamad”, yang dalam beberapa Alkitab versi Inggris diterjemahkan “learn”.

Istilah lamad dan lahag atau learn dan study sekalipun sama artinya yakni “belajar” tetapi keduanya memiliki makna yg berbeda. Lamad (Ingg. learn) adalah belajar yang bermakna pembentukan nilai, sikap, karakter dan perilaku (afektif) yang bertujuan akhir memuliakan Tuhan. Sementara lahag (study) lebih bermakna pembentukan kognisi (belajar hanya utk mengerti, mengetahui dan menjadi pintar), lebih kepada mengagungkan pengetahuan.

Melihat makna kedua kata tersebut dalam bahasa Ibrani maupun Inggris, maka sebenarnya Salomo tidak anti belajar ataupun menganggap pengetahuan dan hikmat adalah kesia-siaan, tetapi Sang Qohelet menasehati kita bahwa belajar hanya untuk mengisi kognisi yang bermuara pada pengagungan kecerdasan/intelektual. Belajar hanya supaya jadi cerdas pandai tanpa mengamalkan pengetahuan itu dengan benar adalah kesia-sian, karena pada akhirnya orang itu menjadi sombong, tinggi hati, angkuh dan jahat.

Mari berkaca sebagai Pribadi, Pendidik, Orang Tua, apakah dalam proses belajar dan pembelajaran ilmu yang sudah kita peroleh sudah bermanfaat dan mendatangkan kebaikan bagi diri kita dan sesama? Apakah kita sdh sampai titik lamad atau masih di lahag?