By: Meriyana, M.Th.
Mendaki gunung merupakan salah satu pengalaman yang indah dan tidak mungkin dilupakan. Banyak orang yang ingin mendaki gunung namun banyak pula di antara mereka yang tidak berhasil bahkan tidak berani mendaki karena medan yang sulit serta jalan yang terus menanjak dan curam.
Persoalan yang dihadapi bukan hanya medan yang sulit serta jalan yang terus menanjak dan curam tetapi juga seorang pendaki harus membawa beban berupa ransel besar yang berisi berbagai kebutuhan yang diperlukan selama pendakian.
Jelas mendaki bukan pekerjaan yang mudah dilakukan, bahkan dapat dikatakan ini merupakan pekerjaan berat yang membutuhkan kekuatan fisik dan kekuatan mental.
Mungkin saja di tengah pendakian sang Pendaki tertatih-tatih. Seringkali harus meringis karena terkena semak berduri. Punggung terasa remuk karena membawa beban badan dan ransel yang berat. Keringat bercucuran. Pandangan berkunang-kunang. Semua itu bisa membuat sang Pendaki tidak fokus dan kehilangan arah alias tersesat.
Namun semua jerih payah dan penderitaan itu akan terbayar lunas manakala sang Pendaki sudah mencapai puncak. Dari ketinggian, sang Pendaki bisa melihat segala sesuatu dengan lebih jelas dan indah. Di situlah sang Pendaki dapat merasakan keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam semesta dengan begitu luar biasa.
Mendaki gunung merupakan analogy dalam kehidupan Kekristenan. Kadangkala Tuhan izinkan orang percaya untuk menghadapi berbagai persoalan berat layaknya mendaki gunung.
Beban yang ditanggung terasa berliku-liku dan begitu berat bahkan membuat orang percaya berjalan terseok-seok. Ada yang langsung menyerah. Ada yang mencoba untuk bertahan namun di tengah jalan kehilangan kekuatan dan harapan. Ada yang terus bertahan walaupun berkali-kali terjerembab namun bangkit lagi dan tidak menyerah karena tahu di depannya ada sesuatu yang indah yang menunggunya.
Tidak mudah untuk menerima didikan Tuhan. Tapi seberat apapun didikan Tuhan, maka didikan itu menunjukkan kasih Tuhan yang begitu besar. Tuhan mengizinkan sesuatu yang kurang baik menimpa anak-anak-Nya karena Dia ingin anak-anak-Nya bukan anak-anak gampangan, bukan anak-anak yang mudah menyerah, melainkan anak-anak Allah yang tangguh (Ibr. 12:5-8).
Selamat mendaki jalan terjal. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati.
(Artikel sudah melalui proses editing)
Mantap…