By: Hikman Sirait, M.Th.

“Sudah gendut, hitam, jelek, jerawatan, hidup lagi” atau “Ih hitam banget, mandi pakai bayclin biar agak putihan” atau “Ya ampun, jerawatnya banyak bener, diamplas tuh biar rada mulus” atau “Wuih, hidungmu serata tembok berlin” atau “Alamak, itu kepala atau padang gurun.”

Masih banyak kalimat-kalimat lain yang dilontarkan orang dengan tujuan untuk mengejek, menghina, menertawai, membully atau sejenisnya. Intinya banyak orang secara sadar dan tidak sadar melakukan body shaming baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sosial media.

Body shaming seakan-akan sudah menjadi trend dan hal yang biasa untuk dilakukan. Ada yang berpikir, kalau tidak melakukan body shaming ga seru. Ada juga yang beranggapan itu hanya candaan, buat lucu-lucuan biar rame.

Perkataan yang keluar dari lidah dan bibir adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan apabila orang tidak bisa mengendalikan lidah dan bibirnya (baca Yak. 3:8).

Body shaming yang dianggap sebagai candaan atau untuk lucu-lucuan sesungguhnya dapat membuat korban menjadi hancur, stres, depresi bahkan tidak tertutup kemungkinan putus asa sehingga mengambil tindakan yang di luar akal sehat.

Jadilah bijaksana, apa yang saudara katakan dapat membangun jiwa orang lain tetapi juga dapat menghancurkan bahkan membunuh jiwa orang lain.

Pilihan ada di tangan saudara. Ingin membangun orang lain melalui perkataan atau membunuh orang lain melalui perkataan.