By: Melisa
Di tengah keramaian taman kota, ada seorang anak kecil yang meminta-minta makanan. Semua orang ditemuinya dan berharap ada orang yang berbelas kasih memberikan ia makan.
Ada beberapa orang yang cuek dan tidak peduli, ada juga yang memarahai anak itu karena merasa terganggu dan ada juga yang langsung pergi meninggalkan anak itu. Ada juga orang yang hanya berkata kasihan tetapi tidak bertindak untuk menolong.
Di tengah keputusasaannya karena belum juga mendapatkan makanan, tiba-tiba anak kecil tersebut melihat sosok perempuan tua dengan pakaian kumal berjalan perlahan menghampirinya. Sambil tersenyum perempuan tua menyodorkan sebungkus makanan dan sebotol minuman kepada anak kecil tersebut.
Seakan tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya, anak kecil tersebut menerima pemberian si perempuan tua. Anak kecil itu tahu dan sering melihat perempuan tua itu mencari dan memungut barang rongsokan kemudian menjualnya untuk kebutuhan hidup si Perempuan tua.
Di masa pandemi covid-19 banyak orang yang menahan diri untuk berbuat kebaikan kepada orang lain. “Saya juga butuh” atau “Saya harus berhemat dan berjaga-jaga dari situasi buruk seperti saat ini” atau “ atau “Kalau saya nanti sudah diberkati baru saya membantu orang,” dan banyak alasan lainnya yang disampaikan untuk membenarkan diri dari sikap tidak membantu orang lain. Sesulit apapun kondisi yang kita hadapi dan sekecil apapun harta yang kita miliki tidak menjadi alasan untuk tidak berbuat baik dan untuk tidak berbagi. Berbuat baik dan berbagi itu indah.
Firman Tuhan di Amsal mengatakan, “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya” (Ams. 3:27).