By: Hikman Sirait, M.Th., dan Hiu Willison

Seorang karyawan dengan wajah merah padam dan emosi yang memuncak meninggalkan ruangan atasannya. Sambil mengumpat keputusan atasannya, karyawan tersebut mengambil barang-barang di meja kerjanya lalu pergi begitu saja meninggalkan kantornya dan memutuskan tidak akan pernah kembali ke kantor itu.

Karyawan tersebut marah karena atasannya tidak memberikan promosi jabatan kepadanya melainkan memberikan promosi jabatan kepada rekannya yang notabene lebih muda dan masih terbilang junior dibandingkan dirinya.

Karyawan tersebut merasa tidak dihargai, merasa tidak diberi kesempatan, merasa diperlakukan tidak pantas, merasa didiskriminasi, dan lain sebagainya.

Anak-anak Yakub sakit hati dan marah ketika Dina, saudari mereka diperkosa oleh Sikhem. Dalam kondisi sakit hati dan marah anak-anak Yakub memutuskan melakukan pembalasan. Kemudian mereka menyusun rencana. Mereka mengambil keputusan vital dan penting dalam kondisi sakit hati dan marah. Dampak keputusan mereka sangat fatal. Bukan hanya membunuh Sikhem, mereka membunuh semua laki-laki satu kota (Kej. 34:7-26).

Banyak orang mengambil keputusan vital dan penting dalam keadaan emosi, marah, kalut, sakit hati, dan kecewa, yang akhirnya berakibat fatal. Seringkali dalam kondisi emosi, marah, kalut, sakit hati, dan kecewa seseorang terburu-buru dalam mengambil keputusan. Padahal dalam kondisi seperti itu pikiran seseorang tidak jernih, kacau dan tumpul, sehingga tidak lagi dapat menganalisis dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik.

Point pentingnya, mengambil keputusan vital dalam kondisi emosi, marah, kalut, sakit hati, dan kecewa dapat berakibat fatal dan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, jangan mengambil keputusan dalam kondisi mental yang tidak stabil.

(Artikel koloborasi ini sudah melalui proses editorial)